Toko Buku Online Terlengkap

Sabtu, 22 Mei 2010

Asuhan Keperawatan Pada Pasien BPH

| Sabtu, 22 Mei 2010 | 1 komentar

DUTA4DIAGNOSA
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
a. BPH adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun ( buku ajar keperawatan medical bedah, 2001: 1625 )
b. Benign Prostatic Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193).
c. BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter ( Askep BPH « Hidayat2’s Blog )
d. Pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umun pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebebkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius. ( Askep BPH « Hidayat2’s Blog )

B. Anatomi fisiologi
Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2 buah. Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:
- Kapsul anatomis
- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
a. Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya
b. Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus zone
c. Di sekitar uretra disebut periuretral gland

Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan ( eveline : 2001 )

C. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut.
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga timbulnya Benign Prostatic Hyperplasia antara lain :
1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.
2. Ketidak seimbangan estrogen – testoteron
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.

3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel.
4. Penurunan sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem cell
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
D. Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptom/LUTS.
Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali Prostat Hyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal (Price. S.A 2005 ).
WOC
DHT
5 alfa reduktase dan androgen ( ++ ) Esterogen – testosteron
Tidak seimbang Interaksi stroma – epitel Penurunan sel mati
( apoptosis )


















E. Manifestasi klinis.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benign Prostatic Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c) Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d) Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala Iritasi yaitu :
a) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

F. Derajat Benigne Prostat Hyperplasia
Benign Prostatic Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.

G. Pemeriksaan penunjang
Pada Pemeriksaan Radiologi ditujukan untuk
a. Menentukan volume Benign Prostatic Hyperplasia.
b. Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urine.
c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan Benign Prostatic Hyperplasia atau tidak
1. Beberapa Pemeriksaan Radiologi
a. Intra Vena Pyelografi ( IVP ) : Gambaran trabekulasi buli, residual urine post miksi, dipertikel buli.
Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis
Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
b. BOF : Untuk mengetahui adanya kelainan pada renal
c. Retrografi dan Voiding Cystouretrografi : untuk melihat ada tidaknya refluk vesiko ureter/striktur uretra.
d. USG : Untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan menilai pembesaran prostat jinak/ganas
2. Pemeriksaan Endoskopi
Sistoskopi, untuk melihat saluran kencing, kandung kencing dan prostat.
3. Pemeriksaan Uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-buli

Q max : > 15 ml/detik  non obstruksi
10 - 15 ml/detik  border line
< 10 ml/detik  obstruktif 4. Pemeriksaan Laboratorium a) Urinalisis (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na,/K, Protein/Albumin, pH dan Urine Kultur). Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap Sel Darah Putih, Sel Darah Merah atau PUS. b) RFT  evaluasi fungsi renal (tes fungsi ginjal dapat dilakukan untuk memantau fungsi ginjal, agar melihat apakah kerusakan dapat menjadi lebih berat atau pun pulih. c) Serum Acid Phosphatase  Prostate Spesific Antigen (PSA) Tes darah sederhana dilakukan untuk mengukur kadar PSA yaitu protein yang diproduksi oleh prostat. Nilai PSA normal bervariasi sesuai usia dan ras. Umumnya, semakin tinggi kadar PSA, semakin besar risiko kanker prostat. Pembesaran prostat benigna (jinak), infeksi saluran urin dan radang prostat juga dapat menyebabkan kenaikan PSA. PSA Normal: usia 40-49 (kurang dari 2.5 µg/L), 50-59 (kurang dari 3 µg/L), 60-69 (kurang dari 4 µg/L). Trauma bedah yang direncanakan, menimbulkan rentang respon fisiologis dan psikologis pada klien, tergantung pada individu dan pengalaman masa lalu yang unik, pola koping, kekuatan dan keterbatasan. Kebanyakan klien dan keluarganya memandang setiap tindakan bedah merupakan peristiwa besar dan mereka bereaksi dengan takut dan ansietas pada tingkat tertentu. H. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu. Hematuria. Sistitis dan Pielonefritis I. Penatalaksanaan Rencana pengobatan bergantung pada penyebab, keparahan obstruksi dan kondisi pasien. Jika pasien masuk rumah sakit dalam keadaan darurat karena dia tidak dapat berkemih, maka kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat, mungkin digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatic. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih ( sistotomi suprapubik ) untuk drainase yang adekuat. Meskipun prostatektomi untuk membuang jaringan prostat yang mengalami hiperplastik sering dilakukan, terdapat juga pengobatan lain. Pengobatan ini mencakup “watch-full waiting” insisi prostat transurethral ( TUIP ) dilatasi balon, penyekat alfa, dan inhibitor 5-α-reduktase ( AHCPR, 1994 ). “watch-full waiting” adalah pengobatan yang sesuai bagi banyak pasien karena kecenderungan progresi penyakit atau terjadinya komplikasi tidak diketahui. Penyekat reseptor alfa-1-andregenik ( mis : terazosin ) melemaskan otot halus kolum kandung kemih dan prostat. Meskipun kemanjuran jangka panjang preparat ini tidak diketahui, preparat ini benar dapat menurunkan gejala pada banyak pasien. Karena telah diidentifikasi adanya komponen hormonal pada hiperlasia prostatic jinak, salah satu metode pengobatanmencakup manipulasi hormonal dengan preparat anti androgen seperti finasteride ( proscar ). Pada penelitian klinis, inhibitor 5α-reduktase seperti finasteride terbukti efektif dalam mencegah perubahan testosteron menjadi hidrotestosteron. Menurunnya kadar hidrotestosteron menunjukkan supresi aktifitas ssel glandular dan penurunan ukuran prostat. Efek samping dari medikasi ini termasuk ginekomastia, disfungsi erektil dan wajah kemerahan. Pembedahan : 1. Trans Uretral Reseksi Prostat : 90 - 95 % 2. Open Prostatectomy : 5 - 10 % BPH yang besar (50 - 100 gram)  Tidak habis direseksi dalam 1 jam. Disertai Batu Buli Buli Besar (>2,5cm), multiple. Fasilitas TUR tak ada.
Mortalitas Pembedahan BPH
0 - 1 % KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Indikasi Pembedahan BPH
a. Retensi urine akut
b. Retensi urine kronis
c. Residual urine lebih dari 100 ml
d. BPH dengan penyulit
- Hydroneprosis
- Terbentuknya Batu Buli
- Infeksi Saluran Kencing Berulang
- Hematuri berat/berulang
- Hernia/hemoroid
- Menurunnya Kualitas Hidup
- Retensio Urine
- Gangguan Fungsi Ginjal
e. Terapi medikamentosa tak berhasil
f. Sindroma prostatisme yang progresif
g. Flow metri yang menunjukkan pola obstruktif
- Flow. Max kurang dari 10 ml
- Kurve berbentuk datar
- Waktu miksi memanjang
Kontra Indikasi
• IMA
• CVA akut

Tujuan :
• Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli
• Memperbaiki kualitas hidup.
1) Trans Uretral Reseksi Prostat  90 - 95 %
Jaringan prostat dengan sitoskop dimasukkan melalui uretra.
Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial.
Keuntungan :
- Lebih aman pada klien yang mengalami resiko tinggi pembedahan
- Tak perlu insisi pembedahan
- Hospitalisasi dan penyebuhan pendek
Kerugian :
- Jaringan prostat dapat tumbuh kembali
- Kemungkinan trauma urethra  strictura urethra.
2) Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy
Jaringan prostat diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih.
- Prostat terlalu besar tetapi tak ada masalah kandung kemih.
3) Perineal Prostatectomy
Massa prostat diangkat melalui insisi diantara sokrotum dan rectum. Prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.
- Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
- Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservative
- Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat

4) Suprapubik / open prostatektomi
Diindikasikan untuk massa lebih dari 60 gr. Penghambat jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih. Pendekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PERKEMIHAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
“ BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA”

A) Pengkajian Benigne Prostat Hyperplasia
a. Riwayat Keperawatan
- Suspect BPH  umur > 60 tahun
- Pola urinari : frekuensi, nocturia, disuria.
- Gejala obstruksi leher buli-buli : prostatisme (Hesitansi, pancaran, melemah, intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa) Jika frekuensi dan noctoria tak disertai gejala pembatasan aliran non Obstruktive seperti infeksi.
- BPH  hematuri
b. Pemahaman klien tentang kejadian
- Ahli bedah bertanggung jawab, untuk menjelaskan sifat operasi, semua pilihan alternatif, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Ahli bedah mendapatkan dua consent (ijin) satu untuk prosedur bedah dan satu untuk anestesi. Perawat bertanggung jawab untuk menentukan pemahaman klien tentang informasi, lalu memberitahu ahli bedah apakah diperlukan informasi lebih banyak (informed consent).
c. Kondisi akut dan kronis :
- Untuk mengkompensasi pengaruh trauma bedah dan anestesi, tubuh manusia membutuhkan fungsi pernafasan, sirkulasi, jantung, ginjal, hepar dan hematopoetik yang optimal. Setiap kondisi yang mengganggu fungsi sistem ini (misalnya: DM, gagal jantung kongestif, PPOM. Anemia, sirosuis, gagal ginjal) dapat mempengaruhi pemulihan. Disamping itu faktor lain, misalnya usia lanjut, kegemukan dan penyalahgunaan obat / alkohol membuat klien lebih rentan terhadap komplikasi.

d. Pengalaman bedah sebelumnya
- Perawat mengajukan pertanyaan spesifik pada klien tentang pengalaman pembedahan masa lalu. Informasi yang didapatkandigunakan untuk meningkatkan kenyamanan (fisik dan psikologis) untuk mencegah komplikasi serius.
e. Status Nutrisi
- Status nutrisi klien praoperatif secara langsung mempengaruhi responnya pada trauma pembedahan dan anestesi. Setelah terjadi luka besar, baik karena trauma atau bedah, tubuh harus membentuk dan memperbaiki jaringan serta melindungi diri dari infeksi. Untuk membantu proses ini, klien harus meningkatkan masukan protein dan karbohidrat dengan cukup untuk mencegah keseimbangan nitrogen negatif, hipoalbuminemia, dan penurunan berat badan. Status nutrisi merupakan akibat masukan tidak adekuat, mempengaruhi metabolik atau meningkatkan kebutuhan metabolik.
f. Status cairan dan elektrolit
- Klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektolit cenderung mengalami shock, hipotensi, hipoksia, dan disritmia, baik pada intraoperatif dan pascaoperatif. Fluktuasi valume cairan merupakan akibat dari penurunan masukan cairan atau kehilangan cairan abnormal.
g. Status emosi.
- Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan yang direncanakan tergantung pada pengalaman masa lalu, strategi koping, signifikan pembedahan dan sistem pendukung.
- Kebanyakan klien dengan pembedahan mengalami ancietas dan ketakutan yang disebabkan penatalaksanaan tindakan operasi, nyeri, dan immobilitas.
h. Pola eliminasi
- Masalah kebiasaan eliminasi urin pada klien BPH ( terganggu ).
- penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.

i. Pola istirahat tidur
- Sering terbangun pada malam hari untuk kencing.
- Klien merasa tidak nyaman.
j. Terapi dan diet.
Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:
- Mengurangi makanan kaya lemak hewan.
- Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai).
- Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari.
- Berolahraga secara rutin.
- Pertahankan berat badan ideal.
k. Pemeriksaan Fisik ( hah to toe )
a) Kepala :
Biasanya pada klien dengan BPH tidak ada ke abnormalan kepala yang dikarenakan oleh pembesaran prostat.
b) Mata :
Tidak ada tampak ikterik.
c) Mulut dan gigi :
bibir kering, mukosa agak kering.
d) Thorax :
Auskultasi bunyi napas tambahan pada paasien BPH  pernafasan dada, simetris, Ronchi & whezing
e) Abdomen :
- Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
- Distensi kandung kemih
- Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik  retensi urine
- Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan pasien ingin buang air kecil  retensi urine
- Perkusi : Redup  residual urine

f) Pemeriksaan penis :
uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya stenose meatus, striktur uretra, batu uretra/femosis.
g) Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur)  posisi knee chest
a. Syarat : buli-buli kosong/dikosongkan
b. Tujuan : Menentukan konsistensi prostat
Menentukan besar prostat.

l. Pengelompokan Data
Data subjektif Data Objektif
a. Klien mengeluh nyeri suprapubis, panggul.
b. Mengeluh kencing menetes ( retensi urine ).
c. Klien mengeluh tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil
d. Klien mengeluh urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
e. Klien merasakan nyeri pada waktu kencing.
f. Klien mengeluh mual / muntah. a. Klien tampak cemas.
b. Peninggian tekanan darah.
c. Demam.
d. Distensi kandung kemih
e. Penonjolan pada daerah supra pubik
f. Pada RT ditemukan Prostat membesar.


B. Diagnose Keperawatan
1. Retensi urine berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih dengan lengkap.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih ditandai dengan gelisah.
3. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan ditandai dengan peningkatan tegangan, ketakutan dan kekhawatiran.

4. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah, hilangnya nafsu makan.
5. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan area bedah vaskuler.
6. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, alat selama pembedahan.


C. Intervensi
No Dx Tujuan / criteria hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan menunjukkan kontinesia urine. Dengan criteria hasil :
- Bebas dari kebocoran urine diantara berkemih.
- Kandung kemih kosong sempurna
- Tidak ada sisa ssetelah buang air > 100-200 cc. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam Meminimalkan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih.
Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan. Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
Perkusi/palpasi area suprapubik. Distensi kandung kemih dapat dirasakan dia area suprapubik
Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. Perhatikan penurunan haluaran urine dan perubahan berat jenis. Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas, yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Adanya deficit aliran darah ke ginjal mengganggu kemampuannya untuk memfilter dan mengkonsentrasi substansi.



Berikan rendam duduk sesuai indikasi. Meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema, dan dapat meningkatkan upaya berkemih.
Berikan obat sesuai indikasi :
- Antispasmodic Menghilangkan spasme kandung kemih berhubungan dengan irigaasi oleh kateter.
Kateterisasi untuk residu urine dan biarkan kateter tak menetap sesuai indikasi. Menghilangkan atau mencegah retensi urine dan mengesampingkan adanya stricture uretra. Catatan dekompresi kandung kemih harus dilakukan dengan menambah 200 ml untuk mencegah hematuria ( rupture pembuluh darah pada mukosa kandung kemih yang terlalu distensi). Kteter coude diperlukan karena ujung lengkung memudahkan pasase selang melalui uretra prostat.
Urinalisa dan kultur Statis urinaria potensial untuk pertumbuhan bakteri. Peningkatan resiko ISK.
Balon uretroplasti / dilatasi transuretal prostat Inflasi balon ujung kateter dalam area terobstruksi mengubah letak jaringan prostat, sehingga memperbaiki aliran urine.





No Tujuan / criteria hasil Intervensi Rasional
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri menurun. Dengan criteria hasil :
- Melaporkan nyeri hilang /terkontrol
- Tampak rileks.
- Mampu untuk tidur / istirahat.
- Skala nyeri : ( 0-3 ).
- Klien tidak mengeluh kesakitan.
- TTV :
- N : 60-100x/mnt
- S : 36,5-37,5 Oc
- TD : 120/80 mmhg
- RR : 14- 20x / mnt Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas dan lamanya. Memberikan informasi untuk mambantu dalam menentukan pilihan / keefektifan intervensi.
Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdoment Mecegah penarikan kandung kemih.
Pertahankan tirah baring bila diindikasikan Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase retensi akut. Namun, ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan nyeri kholik.
Berikan tindakan kenyamanan, contoh; pijatan punggung, membantu pasaiaen melakukan posisi yang nyaman; mendorong penggunaan relaksasi/latihan napas dalam. Meningkatkan relaksasi , memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase. Pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan kelenjar.
Berikan obat sesuai indikasi :
- Narkotik. Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi mental dan fisik.
No Tujuan / criteria hasil Intervensi Rasional
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam diharapkan ansietas berkurang. Dengan criteria hasil :
- Tampak rileks.
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
- Klien / keluarga memahami penyebab terjadinya cemas / ansietas.
Buat hubungan saling percaya dengan pasien/ orang terdekat. Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu. Membantu dalam diskusi tentang subjek sensitive.
Berikan informasi tentang prosedur dan test kusus dan apa yang akan terjadi, contoh; kateter, urine berdarah, iritasi kandung kemih. Ketahui seberapa banyak informasi yang diinginkan pasien Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan dan mengurangi masalah karena ketidaktauan termasuk ketakkuatan karena kangker.
Pertahankan prilaku nyata dalam melakukan prosedur. Lindungi privasi pasien. Menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa malu pasien.
Dorong pasien / orang terdekat utnuk menyatakan masalah/ perasaan. Mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab peertanyaan, memperjelas kesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah.
Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya. Memungkinkan pasien untuk menerima kenyatan dan menguatkan kepercayaan pada pemberi perawatan dan pemberian informasi.
No Tujuan / criteria hasil Intervensi Rasional
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan menunjukkan status nutrisi yang baik. Dengan criteria hasil :
- Berat badan dalam rentang yang normal.
- Mual muntah berkurang.
- BB normal ( 50-60 kg )
- Porsi makanan yang disediakan RS di habiskan.
Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian. Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitan dan mempengaruhi fungsi kognotif/ pengambilan keptusan.
Berikan makan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa.
Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untk mengontrol pilihan sebanyak mungkin. Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan leih suka menyediakan makanan untuk makan.
Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi. Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa peerbaikan satutus nutrisi. Perawatan di rumah sakkit memberikan control lingkungan dimana masukan makanan, muntah/ eliminasi, obat dan aktivitas dapat dipantau.




No Tujuan / criteria hasil Intervensi Rasional
5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan perdarahan berhenti dengan criteria hasil :
- Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil.
- N : 60-100x/mnt
- S : 36,5-37,5 Oc
- TD : 120/80 mmhg
- RR : 14- 20x / mnt
- Menunjukkan tak ada perdarahan aktif.
Awasi pemasukan dan pengeluaran. Indicator keseimbangan cairan dan kebutuhan penggantiaan. Pada irigasi kandung kemih, awasi pentingnya perkiraan kehilangan darah dan secara akurat mengkaji haluaran urine.
Observasi drainase kateter, perhatikan perdarahan berlebihan atau berlanjut. Perdarahan tidak umum terjadi selama 24 jam pertama tetapi perlu pendekatan perineal. Perdarahan continue atau berulangnya perdarahan aktif memerlukan intervensi / evaluasi medic.
Evaluasi warna , konsistensi urine contihnya :
- Merah terang dengan bekuan merah.

- Peningkatan viskositas, warna keruh gelap dengan bekuan gelap.
- Perdarahan dengan tak ada bekuan.

- Biasanya mengindikasikan perdarahan arterial dan memerlukan terapi cepat.
- Menunjukkan perdarahan dari vena ( perdarahan yang paling umum ) biasanya berkurang sendiri.
- Dapat mengindikasikan diskrasia darah atau masalah pembekuan sistemik.
Awasi tanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan TD, diaphoresis, pucat dan membrane mokosa kering. Dehidrasi / hipovolemia memerlukan intervensi cepat untuk mencegah berlanjut ke syok. Catatan ; hipertensi, bradikardia, mual-muntah menunjukkan “ sindrom TURP” memerlukan intervensi medic segera.
Dorong pemasukan cairan 3000 ml/ hari kecuali kontraindikasi. Membilas ginjal/kandung kemih dari bakteri dan debris tetapi dapat mengakibatkan intoksikasi cairan berlebih bila tidak diawasi dengan ketat.
Awasi pemeriksaan laboraturium sesuai indikasi, contoh :
- Hb/Ht, jumlah sel darah merah.
- pemeriksaan koagulasi, jumlah trombosit.

- Berguna dlam evaluasi kehilangan darah.
- Dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi contoh: penurunan factor pembekuan.
Berikan pelunak feces, laksatif sesuai indikasi. Pencegahan konstipasi / mengejan untuk defekasi, menurunkan risiko perdarahan rectal perineal.


No Tujuan / criteria hasil Intervensi Rasional
6 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan tidak terdapat infeksi dengan criteria hasil :
- TTV Normal :
- N : 60-100x/mnt
- S : 36,5-37,5 Oc
- TD : 120/80 mmhg
- RR : 14- 20x / mnt
- Menunjukkan tak ada tanda-tanda infeksi.
Pertahankan system kateter steril; berikan peerawatan kateter regular dengan sabun dan air, berikan salep antibiotic di sekitar sisi kateter. Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi / sepsis lanjut.
Ambulasi dengan kantung darinase dependen. Menghindari reflek balik urine, yang dapat memasukkan bakteri ke dalam kandung kemih.
Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggogol, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka disorientasi. Pasien yang mengalami sistoskopi dan atau TUR prostat berisiko untuk syok bedah / septic sehubungan dengan manipulasi / instrumentasi.
Berikan antibiotic sesuai indikasi Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan risiko infeksi pada prostatektomi.







D. Evaluasi
No. Dx Evaluasi Paraf
1 S : klien mengatakan urin tidak menetes lagi.
O :
- Tidak terlihat kebocoran urine diantara berkemih.
- Kandung kemih kosong sempurna
- Tidak ada sisa setelah buang air > 100-200 cc.
A : -
P : teratasi

2 S : klien mengatakan nyeri berkurang / hilang.
O :
- Klien tampak rileks.
- Klien mampu untuk tidur / istirahat.
- Klien tidak mengeluh kesakitan.
- TTV :
- N : 60-100x/mnt
- S : 36,5-37,5 Oc
- TD : 120/80 mmhg
- RR : 14- 20x / mnt
A : -
P : teratasi

3 S : Klien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
O :
- Klien tampak rileks.
- klien tampak memahami penyebab terjadinya cemas / ansietas.
A : -
P : teratasi
4 S : klien mengatakan mual muntahnya berkurang / hilang.
O :
- Berat badan klien dalam rentang yang normal.
- BB normal ( 60-70 kg )
- Tampak porsi makanan yang disediakan RS di habiskan.
A : -
P : teratasi
5 S : -
O :
- Tanda vital stabil.
- N : 60-100x/mnt
- S : 36,5-37,5 Oc
- TD : 120/80 mmhg
- RR : 14- 20x / mnt
- Tak ada perdarahan aktif.
A : -
P : teratasi
6 S : -
O :
- TTV Normal :
- N : 60-100x/mnt
- S : 36,5-37,5 Oc
- TD : 120/80 mmhg
- RR : 14- 20x / mnt
- Tak ada tanda-tanda infeksi.
A : -
P : teratasi

1 komentar:

Obat Herbal Radang Prostat mengatakan...

terimakasih banyak, sangat menarik sekali...

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Komentar Anda

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com